Pembantu Muda Part II

Pengalaman pertama itu membuatku semakin berani dan semakin frontal menyalurkan hasrat seksualku terhadap Rini, sang pembantu mungilku. Suatu pagi sehabis mandi di hari libur aku sengaja hanya mengenakan kaos atasan dan celana training tanpa celana dalam. Benakku sudah dipenuhi rencana2 seks liar untuk Rini. Pagi itu aku sengaja menonton BF tanpa tedeng aling dengan volume yang tidak dikecilkan lagi (tapi tidak juga besar2 sampai tetangga dengar Jadi waktu Rini menyajikan kopi yang aku minta di meja di ruang TV, dia dengan jelas bisa melihat film apa yang sedang aku tonton dan dengan lebih jelas lagi dia bisa melihat batang kontolku yang ereksi berdiri tegak di balik celana pendekku. Sebenarnya posisi ini sudah aku atur selagi di membuat kopi di dapur. Dengan belagak tidak memperhatikan aku menangkap dari sudut mataku bahwa Rini lebih dulu melihat layar TV sebelum kemudian menatap batang kontolku yang tegak di depannya. Aku bisa melihat tangannya agak gemetar waktu meletakkan gelas dan dia menelan ludah dengan cepat sambil matanya menatap selangkanganku.

Aku juga tahu persis bahwa Rini ternyata ikut menonton film bokep-ku dari sela2 pintu kamarnya. Ini membuatku semakin bernafsu, aku segera berdiri dari sofa dan mendekati layar TV, mengambil posisi agak miring supaya Rini dapat melihat apa yang aku lakukan, dan mulai beronani di depan TV seiiring dengan adegan yang semakin HOT di TV. Dari sudut mata aku bisa melihat bayangannya di sela2 pintu kamarnya menyaksikan apa yang sedang aku lakukan. Tak lama aku menembakkan air maniku dengan keras ke arah rak TV. Air mani tidak saja membasahi meja rak itu tapi bahkan layar TV pun ikut tersemprot air mani yang menyemprot keras dari kontolku. Tidak cukup sampai di situ, aku kembali duduk di depan TV dan segera memanggil Rini. “Rin tolong ambil kain lap di dapur terus bersihin meja dan layar TV ya,” teriakku. “Iya pak,” jawabnya dengan cepat. Tapi aku bisa mendengar bahwa suaranya hampir tersedak waktu dia menjawab. Tak terbayang apa yang ada dalam pikirinnya waktu melihat aku beraktivitas tadi.

Rini bergegas membersihkan layar TV dan mejanya. “Ini kena apa ya pak kok kental dan lengket begini?” tanyanya berlagak pilon. “Oo tadi saya kocok kontol saya sampai air maninya keluar, saking enaknya nggak sadar kena TV,” jawabku santai dan sangat vulgar. Waktu membersihkan bagian bawah meja, Rini membungkuk di lantai dan celana jins sontak tertarik ke bawah, langsung saja celana dalamnya yang mungil menyembul di sela2 celana jinsnya. Kontolku yang tadinya mulai melunglai setelah ejakulasi spontan kembali ereksi dan siap tempur. Aku agak gemetar memandangi Rini yang sedang berlutut di lantai membelakangiku. Merinding dan agak gemetar didera birahi, aku memberanikan diri menangkap pinggul Rini dengan kedua belah tanganku waktu dia berdiri. “Kenapa pak,” tanyanya bingung. “Rin, saya boleh minta tolong lagi nggak?” tanyaku agak kikuk dan ragu. “Lho pak kalau bapak yang minta, ya apa saja pasti saya kerjain,” jawab Rini lugu. “Tolong ambilkan cairan yang di botol Durex di lemari saya ya. Yang warnanya biru, bawa sama botolnya sekalian ke sini,” pintaku. Aku memang selalu menyiapkan cairan pelicin ini di kamarku kalau2 aku perlu untuk beronani.

Rini kembali dari kamarku dengan botol plastik Durex di tangannya. “Yang ini pak,” tanyanya. “Iya benar yang itu,” jawabku sambil memanggilnya mendekat. “Bapak mau saya apain dengan cairan ini pak, kok kental2nya seperti tadi yang muncrat di layar TV?” tanyanya penasaran. “Saya mau minta tolong kali ini kamu yang kocokin kontol saya setelah dibasahi pakai cairan itu ya,” kataku. Wajah Rini segera berubah merah dan dia pun mulai gemetar dan menelan ludah berkali-kali. Aku yakin dia pasti berpikir apa yang sering dilihat di BF-ku akan jadi kenyataan sekarang. Dia pasti takut tapi juga sekaligus ingin tahu dan tanpa sadar ikut bergairah. Aku segera duduk di sofa membuka kakiku dengan lebar. “Kamu jongkok aja di lantai sambil lutut kamu diganjal bantal kursi,” kataku mengarahkan. Rini segera melakukan apa yang aku katakan dan setelah wajahnya sudah berada dekat dengan selangkanganku, aku segera menurukan celana pendekku. Kontolku yang tiba2 menyembul di hadapan wajahnya membuat Rini tersentak kaget. “Pak kok besar sekali ya,” tanyanya dengan wajah yang agak jijik tapi ingin tahu. Aku memainkan otot kontolku sesekali sehingga benda itu berayun-ayun di depan wajah Rini. Beberapa kali dia berusaha memegang dengan kedua jarinya tapi terlepas terus karena aku menyentakknya. Ketegangan mulai cair di wajahnya dan Rini mulai berani. Dia menangkap kontolku dengan dua tangan sekarang. Dan tanpa aku minta dia tahu apa yang harus dilakukan dengan lotion Durex itu sekarang.

Rini menuangkan sejumlah lotion ke kepala kontolku dan kedua tangannya mengocok kontolku turun sehingga cairannya kini jadi merata sampai ke bijiku. Kini dengan bernafsu dia mulai mengocok seluruh batang kontolku dengan tangan kanannya sambil tangan kirinya mengelus lembut kedua bijiku. Matanya tidak pernah lepas dari apa yang sedang dikerjakannya sekarang dengan telaten, sesekali dia mengangkat kepalanya hanya ingin melihat reaksiku apakah dia sudah melakukan tugasnya dengan benar. Ternyata tidak rugi selama ini Rini sering curi2 memonton koleksi BF-ku. Praktek hari ini membuktikan bahwa dia adalah murid yang rajin menyimak. Kocokannya yang sangat enak membuatku semakin gila digedor birahi. Aku mengangkat pantatku ke arah sandaran tangan di sofa sehingga Rini harus menyesuaikan dengan setengah berdiri di sampingku. Kontolku semakin membesar dan panjang seiring dengan kenikmatan yang diberikan Rini kepadaku.

Aku menarik napas panjang dan memberikan kesempatan padanya untuk memperlambat kocokannya pada batangku sambil aku membantu mendorong batangku ke arah wajahnya sampai kadang kepala kontolku menabrak pipinya. “Keras sekali ya pak kontolnya terus urat2nya menonjol semua. Bagus pak, besar dan panjang,” komentarnya dengan sangat berani. Aku kembali duduk di jok sofa sementara Rini setengah berlutut di antara kedua kakiku. Kakinya agak terbuka sedikit sehingga aku bisa menaruh tanan kiriku di selangkangnnya. Dia tersentak kaget karena sentuhannku. Pasti area itu sedang sensitif2nya, pikirku. Aku bisa merasakan kehangatan dan kelembaban di balik celana jinsnya. “Memek kamu basah ya,” tanyaku sambil mengelus vaginanya. “Iya pak sudah dari tadi. Saya kan tadi sempat lihat bapak mengocok kontol bapak,” akunya. “Memek yang basah itu tanda dari tubuh kamu bahwa memek kamu sudah siap dimasukkan kontol,” kataku sok mengajari. Rini mengangguk pelan dengan napas yang mulai terdengar memburu. “Saya sih pengen banget pak, tapi takut,” katanya. “Lho semua perempuan cepat atau lambat akan kemasukan kontol di memeknya,” balasku sambil terus medorong batang penisku maju mundur di tangannya.

“Pak, maaf ya, saya boleh nggak menghisap kontol bapak?” tanya Rini memelas. “Ya boleh donk, pokoknya apa aja yang menurut kamu bisa bikin enak lah,” kataku senang. Aku segera membersihkan cairan durex dari seluruh permukaan kontolku supaya Rini dapat memasukkannya ke dalam mulutnya dengan nyaman. Dan aaaahhh.... dia memang belajar dengan baik. Nikmatnya merambat seperti ular ke atas kepala. Rini tahu persis bagaimana caranya menyenangkan laki-laki dengan memainkan kontol di dalam mulutnya. Agak tidak percaya kalau gadis 15 tahun dari kampung bisa melakukan oral seks sedemikian nikmat seperti layaknya bintang porno di film. Caranya dia mengatur kapan harus menjilat, menghisap, dan mendorong kontol keluar masuk mulutnya sangat canggih. Rini bahkan tahu kapan harus mendorong dalam, kapan menjilat bagian bawah kepala kontol, dan kapan harus kembali mengocok dengan lembut. Aku makin yakin pasti guru seksnya adalah Yua Aida dan bukan aku (itu lho bintang top JAV).

Entah kenapa aku juga tertarik untuk memberikan kepada Rini pengalaman seks yang lengkap. Bukan saja dia yang melayani aku tapi aku juga memberikan kenikmatan kepada dia. Aku bangkit dari sofa dan menuntun tangannya ke arah kamarku. Kami berdua masuk ke kamarku dengan kontolku masih di genggamnya. Dia seperti tidak rela kalau benda fantastis ini lepas dari pelayanannya. Aku mendorong Rini untuk rebahan di ranjangku sementara aku memelorotkan celana panjang jinsnya. Aku sengaja membiarkan celana dalamnya yang mungil dan berwarna kuning masih terpasang sementara aku juga meloloskan kaos yang dipakainya. Dari semula aku tahu Rini tidak punya masalah dengan bau badan, apalagi hari itu masih jam 09.30 dia belum lama mandi. Aku menciumi dia mulai dari leher, dada, pinggul, dan sampai ke pangkal pahanya. Rini menggelinjang kenikmatan sambil menarik napas panjang berkali-kali. “Aduh geli pak,” katanya. “Geli atau enak?” tanyaku balik. “Yang bener sih enak pak,” jawabnya.

Aku terus merambah tubuhnya dengan bibir dan lidahku, sampai akhirnya aku tiba juga di bongkahan vaginanya yang wangi dan lembut. Vagina Rini benar2 berupa bukit kecil di selangkangnya. Dan memang rambut kemaluannya masih sangat tipis dan halus. Aku baru sadar kalau anak ini seharusnya baru kelas 3 SMP kalau dia bersekolah. Aku tipe laki2 yang menyukai celana dalam indah wanita, itu sebabnya aku mulai menjilati dan mengulum bibir vagina Rini tanpa melepas celana dalamnya. Aku hanya perlu menggeser secarik kain kecil di CD-nya, dan itu sudah lebih dari cukup. Aku benar2 menikmati melumat vagina Rini. Aku jilat, aku hisap bibir vaginanya, aku dorong lidahku jauh ke dalam lobang kemaluannya, dan aku telan semua cairan yang keluar dari dalamnya. Tubuh Rini melengkung tinggi di atas tempat tidur. Tangannya menekan kepalaku untuk tetap di selangkangannya. Aku harus menyelipkan bantal kecil di bawah pantatnya supaya vaginanya tetap mudah dieksplorasi. “Ampun pak kok enak banget ya pak,” desisnya di sela2 kenikmatan yang aku berikan. Tubuhnya tersentak-sentak seperti ditabrak orang besar. “Terus... teruuuss... pak, saya keenakan, jangan berhenti ya pak,” mintanya memelas keenakan. Memek Rini memang hebat, sedemikian gencar aku merambahnya tetap saja vaginanya tidak mengeluarkan cairan yang berlebih. Dan tidak ada aroma atau rasa yang aneh dari cairan vagina Rini. Aku kira selama ini memek seperti ini hanyalah milik anak2 gedongan atau orang kaya saja. Pengalaman ini membuktikan lain.

Rini mendorong kepalaku pelan:”Pak, kalau bapak mau masukin kontolnya ke memek saya, saya mau kok sekarang. Saya kayaknya gak takut. Tapi janji gak apa2 kan pak?” katanya ragu tapi sulit menolak birahi di batinnya. “Iya saya janji pelan2 kok. Kalau kamu sakit bilang aja biar saya atur,” jawabku meyakinkan. “Iya pak sekarang aja masukinnya pak, saya udah nggak tahan. Tadi aja saya udah dua kali merasa enak banget sampai kayak terbang.” Ternyata tanpa aku sadari dia sempat orgasme dua kali sebelumnya. Pantas saja tadi sempat terasa ada cairan hangat yang tiba2 bertambah di memek Rini. Aku sudah melahapnya habis. “Gini aja, kamu deh yang di atas biar masukinnya terserah kamu,” ujarku. Aku segera rebahan di tempat tidur sementara Rini mengambil posisi di atasku. Aku juga membantu meloloskan BH-nya. Ha...ha... ha... payudara mungil anak desa. Tidak kecil2 amat sih, pokoknya pada saat dia berdiri masih kelihatan gundukannya dengan puting berwarna coklat muda. Ciri2 remaja yang belum berkembang fisiknya, pikirku.

Tak lama kemudian dia sudah mengarahkan kepala kontolku ke belahan memeknya. Aku mulai ragu apakah dia bisa memasukkannya karena memeknya tidak terlalu basah. Apalagi bayang2 Rini yang masih perawan akan mempersulit jalan kontolku. Untunglah aku tadi sempat meraih lotion durex-ku dari sofa, sehingga kali ini dia dapat dipakai lagi. Aku mengambilnya sedikit dan melumuri kepala penisku, sebelum Rini kembali menekannya ke memeknya yang mulai terbuka sedikit demi sedikit. Tanpa ragu Rini menekannya agak keras. “Aaahh... aduh... sakit pak,” rintihnya sambil langsung menarik kembali tekanannya. Dia kemudian mulai lagi mencoba perlahan. Wajah kami berdua sama2 memandang ke bawah. Dia melihat bagaimana kontolku masuk ke memeknya yang sangat sempit, sementara aku menunggu detik2 darah keperawanan akan tercurah. Tapi ternyata sampai seluruh batang kontolku amblas ke dalam vaginanya, tak setes darah pun terlihat. Aku lebih senang keadaan ini. Hadirnya darah menurutku malah merusak suasana kenikmatan bersetubuh. Mata Rini terpejam rapat, tubuhnya mengejang, dan mulutnya terbuka seperti orang susah bernapas. Detik2 penyesuaian berlalu cepat. Rini mulai menggenjot pantatnya naik turun dan maju mundur dan sesekali membentuk lingkaran dengan pinggulnya. Kontolku terasa sekali dijepit oleh belahan memeknya, dan mungkin tanpa dia sadari vaginanya seperti meremas-remas batang kontolku. Wuiiihhh.... rasanya selangit. Kedua tanganku meremas pinggul dan pantat Rini yang masih mengenakan CD-nya. Desahan napasnya semakin berat dan panjang. Setiap dia menekan pantatnya turun, aku membalasnya dengan mengangkat pantatku ke atas. Paduan yang sangat hebat.

“Pak kontol bapak terasa banget di dalam memek saya,” desahnya di tengah kenikmatan memburu. “Terasa panjangnya, besarnya enak pak, malah urat2nya juga terasa lho pak,” tambahnya. Kami bersetubuh dengan cepat dan keras. Sesekali aku mengangkat tubuhku dan mengulum kedua buah dadanya bergantian untuk membuatnya semakin melayang jauh. Tidak lama dalam posisi ini Rini menekan kontolku masuk seluruhnya ke dalam memeknya sambil menggoyangnya keras2. Gila... aku bisa merasakan ada cairan hangat keluar deras dari liang vaginanya dan membasahi kepala kontolku. Aku malah bisa melihat cairan vagina Rini turun sampai membasahi biji kemaluanku. Baguslah supaya tidak terlalu seret, kataku dalam hati. “Paakkk.... aku keenakan lagi nih..., itu kenapa ya pak?” tanyanya sambil merebahkan tubuhnya di atas tubuhku. “Itu namanya orgasme. Setiap perempuan yang kenikmatan disetubuhi pasti ngerasain orgasme. Enak kan,” tanyaku. “Iya pak, enaknya ampun2 deh,” timpalnya.

“Yuk kita ganti posisi,” pintaku sambil bangkit dari posisi rebahanku. Aku meminta Rini untuk menungging di pinggir tempat tidur, sementara aku berdiri di sisi ranjang sambil memegang erat pinggulnya. Aku menggeser lagi sedikit celana dalamnya sebelum kontolku menemukan lagi lubang kenikmatannya. Kali ini terobosannya tidak seberapa sulit. Aku masih penasaran kenapa Rini tidak mengeluarkan darah perawannya. Tapi rasa nikmat menunda keingintahuanku. Nanti aja lah aku tanya, benakku. Aku segera memompa memeknya dengan kencang tapi teratur. Sesekali aku memutar kontolku di dalamnya. Rasanya tidak ada bagian dari memeknya yang tidak dijelajahi kontolku. Aku yakin dia keenakan sekali. Ini aku yakini karena tak lama kemudian Rini sudah kembali digedor orgasme keempatnya. “Pak kok setiap orgasme lebih enak dari sebelumnya ya pak? Saya jadi ketagihan pak... Oooohh yang keras pak, terus pak masukin yang dalam... yang keras pak. Saya gak tahan pak....,” Rini terus memohon untuk disetubuhi lebih keras lagi. Kasihan juga melihat tubuh kecilnya seperti terlempar-lempar aku sodok dari belakang. Suara berdencit keluar dari gesekan kedua alat kelamin kami. Suaranya jadi indah di telingaku. Setiap suaranya aku kejar dengan suara berikutnya. NIKMAT.

Dengan posisi menungging ini Rini dua kali merasakan orgasme yang melambungkannya ke langit ke tujuh. Aku pikir sudah saatnya aku mencapai ejakulasi sekarang. Tapi aku tetap bertanya kepadanya. “Rin, saya udah boleh gak mengeluarkan air mani saya?” “Ya boleh dong pak kalau bapak sudah nggak tahan. Saya juga udah puas banget kok,” akunya. “Kamu di bawah deh,” pintaku sambil mencabut kontolku. “Aauuuww... sayang banget pak, kok dicabut pas lagi cenut2,” katanya terkejut. Aku tak menyangka kalau Rini masih meresapi orgasme terakhirnya dengan batangku masih tertancap dalam. Kami kembali mengatur posisi misionari. Ia mengangkang lebar di pinggir tempat tidur sambil pantatnya aku ganjal dengan bantal kecil. Kali ini dia sudah telanjang bulat, walaupun CD-nya masih tersangkut di paha kanannya. Aku mengarahkan senjataku tepat di depan lubang kemaluannya, menggosok-gosok sedikit dengan kepalanya supaya agak basah tapi masih tetap sulit. Terpaksa aku membantunya dengan mengeluarkan sedikit liurku yang persis jatuh di dekat klitorisnya. Aku ratakan liurku dengan kepala kontolku sebelum akhirnya aku mendorongnya melesak ke dalam memek Rini. Dia kembali melenguh panjang dan pantatnya terangkat tinggi seakan menyambut datangnya kenikmatan yang diantar kontolku. Setiap senti yang aku dorong ke dalam tubuh Rini benar2 terasa masuknya. Setiap senti ada kenikmatannya sendiri.

“Pak kok nikmatnya tuh kayak gak ada habis2nya ya,” tanyanya tersengal-sengal. “Terus aja yang keras ya pak, saya gak bisa nahan enaknya. Susah saya mau nolaknya,” pinta Rini disela-sela sodokan kontolku dengan kuat. “Tahan ya saya nusuk kamu agak keras. Saya sudah mau keluar soalnya,” kataku terengah-engah. Aku benar2 habis2an menyetubuhi Rini yang nikmat ini. Kenikmatan yang memuncak dari melihat kontolku keluar masuk amblas seluruhnya ke dalam memek Rini membuatku tak sadar kalau dia kembali orgasme. Ejakulasiku sudah semakin dekat. Aku menancapkan batangku tanpa ampun ke dalam tubuh Rini. Kepalanya terangkat, matanya terpejam rapat dan tangannya meremas kuat kasur ranjangku. Kedua kakinya kuangkat terbuka lebar. Waktu ejakulasiku sudah di depan pintu kupegang erat pinggulnya dengan kedua belah tanganku. Air maniku bisa muncrat kapan saja. Aku menusukkan enam sampai delapan kali sodokan keras ke memeknya sebelumnya akhirnya air maniku keluar juga. Aku cabut kontolku dengan cepat. Rini tersentak kaget tapi langsung menangkap batangku dan langsung mengocoknya dengan keras. Lagi2 hasil belajar lewat BF menunjukkan hasilnya. Kontolku mengejang keras dan berkejut-kejut kencang. Srrrrttt.... srrrrttt.... cret... cret.... empat kali semburan deras terlontar jauh. Dua semburan membasahi wajah Rini sementara sisanya membasahi seprai dan sisa semprotan yang tak seberapa kuat menetes di kedua belah tangannya. Bahkan setelah aku ejakulasi pun, Rini masih tetap mengocok kontolku dengan lembut. Ini yang aku sebut kenikmatan total. Tak ternah terlintas di benakku, kalau kenikmatan seperti ini bisa aku dapatkan dari seorang Rini, pembatuku yang baru berusia 15 tahun.

Setelah kejadian di pagi itu, kami masih melakukan persetubuhan liar lima kali lagi selama Rini bekerja di rumahku. Dan kemudian juga aku baru tahu, bahwa Rini telah kehilangan keperawanannya akibat ulahnya sendiri bermarturbasi selama menonton BF koleksiku. Jarinya masuk terlalu dalam sehingga selaput daranya robek. Rini hanya bekerja 6 bulan di rumahku. Ayahnya di kampung sakit, dan karena dia anak perempuan paling kecil, maka Rini diminta pulang kampung untuk merawat ayahnya. Semoga apa yang kuberikan kepadanya bisa menambah pengetahuannya tentang bagaimana bersetubuh yang sebenarnya.